L i f e h e r e q u i t e f u n

Selangkah kaki di RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina)

Minggu, 20 maret 2011
Hari ini untuk yang ke sekian kalinya saya Riris Agustya, menginap si RSPP, bukan karena sakit atau apa, tapi menunggu salah seorang dari anggota keluarga saya.
Kali ini kakak saya yang harus di rawat karena terluka akibat kecelakaan.
Tetapi yang menarik di sini bukanlah mengenai cerita kakak saya yang kecelakaan, tetapi suasana kamar tempat kakak saya dirawat yang begitu 'skeptis'. entahlah apa kata itu tepat untuk menggambarkan suasananya.

Rumah sakit Pertamina merupakan, tempat publik yang sering saya kunjungi selain bintaro plaza. tetapi sayangnya kunjungan saya bukan sesuatu hal yang dapat dibanggakan,hanya kunjungan biasa sebagai seorang penunggu. namun, hal berbeda tentunya selalu terjadi dalam setiap kunjungan yang saya lakukan. seperti kali ini,..

kakak saya, yang dirawat di kamar kelas 3 RSPP papilion untuk laki-laki. di kamar ini terdiri dari 5 tempat tidur yang salah satunya masih kosong tidak ada pasiennya.
meskipun, kamar ini hanya di isi oleh 4 orang pasien yang salah satunya kakak saya, namun, 2 diantaranya menarik perhatian saya.
Entah siapa, nama pasiennya, saya tidak sempat melihat, bahkan tidak berkeiinginan untuk melihat, karena takut menimbulkan hal-hal menimmbulkan salah paham. pasien itu seorang kakek, yang sejak saya datang hanya tertidur tidak berdaya dangan banyak alat melekat ditubuhnya. seperti selang makan yang langsung di hubungkan ke lehernya, kantung air seni untuk pembuangan langsung, sepasang selang oksigen yang dilekatkan kehidungnya serta beberapa selang infus yang melekat di tangannya. yang terpikir di benak saya tentunya rasa kasihan, tapi terlepas rasa itu tulus atau tidak yang menjadi perhatian adalah mengapa tidak ada satupun keluarganya yang datang mengunjungi bahkan seharusnya menunggu dan merawatnya. apakah yang telah kakek itu lakukan sehingga tidak ada yang menjaganya, dimana letak kesalahannya? pada keluarganya atau pada diri kakek tersebut.
bagaimana ia di masa mudanya? sehingga di hari tuannya ia harus jalani dengan sulit seperti ini. itulah yang terpecik dibenak ketika melihatnya dan terdengar beberapa kali kakek itu batuk dan mengeluarkan napas yang begitu sulit yang hembusannya terpantul diantara liang selang pernapasan.

kemudian, ini untuk pasien yang juga menarik tangan saya untuk menuliskan tentangnya, kata kakak saya ia adalah seorang laki-laki berumur 35 tahun, dia bukan laki-laki 'biasa', dia memiliki hal yang pola pikirnya berbeda dengan orang-orang normal seusiannya. pasien ini seperti kakek itu, yang sejak saya datang juga tertidur pulas, bedanya pasien yang ini mengeluarkan suara orang saat tidur yang begitu keras. berkali-kali terdengar. namun, keadaannya lebih baik dari kakek yang tadi, karena perhatian dari keluarganya. ibunya menunggunya dan beberapa kali orang-orang yang salah satu dari mereka kakaknya mengunjunginya. ibunya sangat sabar menjaganya, mengantikan pampers, menyuapinya, serta membersihkan badannya, semuanya terengar di balik tirai yang membatasi tempat tidurnya dari tempat tidur kakak saya. kedua tangannya di ikat. namun kakinya tidak, karena kakinyalah yang menjadikan ia dirawat dirumah sakit ini. saat tadi ibu yang menungguinya menerima telepon dari salah seorang temannya, ia bilang "maaf bu, saya tidak bisa datang, saya sedang menunggu si 'nama pasien ini' karena sudah 2 minggu kakinya lemas." begitulah, sungguh realita seorang ibu dan anak laki-lakinya. saya juga sempat berfikir apa yang telah ilakukan ibunya sehingga seperti ini keadaanya.

Hanya perbuatan baik yang harus kita lakukan...


masih terselip kisah-kisah lain di RSPP ini, meskipun itu saat berjalan, naik lift,ataupun membeli makan ke kantin, namun pikiran ini perlu waktu untuk menganalisa kisah-kisah selangkah kehidupan, agar tidak hanya menjadi sebuah tulisan.
Barakallahulakum...

0 komentar:

 
Powered by Blogger